Minggu kemarin tepatnya tgl 26 Mei 2023, aku baru saja menyelesaikan tes wawancara untuk proses rekrutmen Indonesia Mengajar. Disini aku tidak akan membahas seputar pertanyaan yang diajukan ya, aku hanya ingin berbagi tentang kisah alumni pengajar muda yang ketika itu menjadi pewawancara ku.
Wawancara berlangsung hampir 1 jam, kemudian diakhir sesi aku diperbolehkan untuk bertanya banyak hal mengenai Indonesia Mengajar ataupun Pengajar Muda itu sendiri ke pewawancara.
Beliau seorang laki-laki, berperawakan sekitar umur 30-an, tinggi 170-an dengan berat badan sekitar 65-75an. Seseorang yang sangat bijak, ramah dan kaya ilmu. Satu lagi, beliau terlihat sangat mengayomi. Itu sekilas pendapatku tentang abang itu.
Aku paling suka mendengar, aku betah mendengarkan curhatan orang sebanyak apapun asal bertemu langsung, beda hal jika mendengarkan secara online, aku tidak bisa melihat ekspresi dan perasaan ketika orang tsb berbicara. Dua-duanya aku suka, tapi aku lebih suka yang pertama.
***
Beliau sudah 2x ikut menjadi Pengajar Muda (angkatan 10 atau 13 gitu ya, aku lupa), satunya di Nias, satu lagi di ....... (lupa lagi hahaha). Beliau bilang, walaupun gerakan Indonesia Mengajar ini belum bisa memberikan dampak yang besar dalam waktu dekat, karena tentu pendidikan butuh waktu yang panjang untuk bisa berdampak, setidaknya nanti ada anak (ketika udah besar) yang ingat dan bilang 'dulu ada guru dari Jawa yang mengajar kami disini'
"itu udah bikin gue bersyukur banget", ucap beliau.
Memang gerakan bottom-up geraknya bisa dibilang lamban, tapi setidaknya itu lebih dapat meningkatkan kesadaran sekitar dan lebih long-lasting. Berbicara pendidikan itu sangat luas, banyak pihak-pihak terlibat, apalagi kalau bicara tentang guru, tingkat kesejahteraan guru di Indonesia tuh masih sangat rendah. Sedih ga sih dengarnya?
Tapi ya gitu, semoga konsistensi IM dalam mengirimkan PM ke beberapa wilayah di ujung Indonesia dapat memberikan semangat pembaharuan di dunia pendidikan. Loh kok jadi ngomongin pendidikan? wkwkkw. Kembali ke topik ya~
***
Beberapa kalimat dari beliau yang gue ingat,
'Akan ada waktu dimana hati lu tiba tiba tergerak aja buat nolongin orang tanpa lu pikir panjang'.
'Lu ga akan tau bahwa ketidakhadiran seorang guru di kelas ternyata karena hutang mereka yang banyak. Gaji yang 150 ribu itu ga cukup buat bayarin utangnya, jadi harus banting tulang untuk cari pemasukan yang besar'
'IM ini kek connecting dots dari apa-apa yg pernah terjadi sama gue sebelumnya. Gue jadi bersyukur ternyata ini toh kenapa dulu gue harus ngalamin ini, ngalamin itu'
'Lu ga akan tau tidurnya anak didik lu pas di kelas, ternyata semalaman dia bantu mak-bapaknya kerja'
dll (im trying to remember it lol)
Ini semua tentu mengacu pada pengalaman beliau yang 1 tahun di daerah pedalaman ya, jadi ada kebiasaan serta spontanitas yang terbentuk dari keseharian serta kacamata yang memandang realita kehidupan dan pendidikan di pedalaman.
Itulah sebenarnya alasan kenapa aku mau mendaftar jadi Pengajar Muda. Aku pengen tau alasan WHY aku mesti stay dan memperjuangkan dunia pendidikan!
Comments
Post a Comment