Sedih rasanya mau lanjutin cerita setelah ending part 1 kemaren haha, berasa flashback perjalanan serta emosinya. Ternyata perasaan sedih waktu itu masih ada, belum pernah diceritakan ke orang, jadinya selama ini terkubur begitu saja. Eh, taunya pas mau sharing jadi malah melow sendiri, hahaha kacau!
Baca disini: Pengalaman Mudik Jalur Darat 2019 (Part 1)
Perjalanan Pertama Kami-pun Dimulai.
Setelah memasuki bus dengan langkah gontai, kami cari nomor kursi yang akan kami tempati, di barisan tengah bagian sayap kiri bus (dari posisi penumpang). Aku pun lupa untuk mendokumentasikan tiket perjalanannya.
Mulai menaruh barang di bagian cabin (atas), dan sisanya dibawah kursi atau dibawah kaki. Dimuat-muatin lah pokoknya mah haha. Selesai menyusun barang, kami ambil posisi untuk duduk, memastikan kursi nyaman dan tidak ada kendala.
Sementara, sang supir mondar-mandir menghitung penumpang guna memastikan tidak ada yang tertinggal maupun salah tujuan. Setelah semuanya beres, bus pun jalan.
Kami-pun mulai mengambil napas panjang, bersiap untuk mengistirahatkan badan karena masih ada 3 hari 2 malam lagi yang harus kami lalui. Berasa capek ga pas baca waktu perjalanannya? hahaha, engga sama sekali, justru dari awal kami excited untuk perjalanan ini, hanya saja perlu sedikit mengontrol ekspektasi agar tidak banyak makan hati.
Colokannya mana?
Perjalanan dari wisma, lalu menunggu lama di terminal, tentu kapasitas baterai handphone kami mulai mendekati mode siaga. Spontan kami langsung mencari USB port disekitar kursi, tapi taukah anda pemirsa? bus nya ga ada fasilitas buat nge-cas 🥺
Ku menangiiiiiiiis ............ 😭🎶🎵
Untungnya kami punya powerbank 10000mah, bisa dijadikan salah satu opsi untuk bertahan, selebihnya tinggal atur strategi aja, bisa juga gunakan mode airplane, dan nyalakan hanya untuk berbalas pesan. Mantaaap!
***
Selesai beristirahat, tibalah bus di pelabuhan merak, berhenti sejenak untuk sekedar melakukan ishoma (istirahat, sholat, makan). Kami gunakan juga kesempatan ini mengisi ulang daya powerbank (bergantian menjaga barang bawaan), karena tidak tau lagi akan berhenti dimana dan dalam kondisi apa. Lebih kurang 30 - 45 menit beristirahat, bus pun mulai melanjutkan perjalanan.
This is my first experience on a ferry...
Bus besar masuk ke dalam sebuah kapal, bukan hanya 1 bus, kemungkinan 5 - 10 bus, ditambah pula dengan mobil pribadi. "Aman ga sih kapal ini, ga keberatan apa ya?" ucapku dalam hati. Tapi, balik lagi, Bismillah, Allah sebaik-baik pelindung. *modepanik
Setelah bus parkir dibawah, penumpang diminta untuk keluar bus dan menikmati perjalanan selama kurang lebih 1 - 2 jam, karena bus dalam keadaan mati mesin, tentu AC pun tidak menyala, silahkan dibayangkan betapa gerahnya jika tetap memilih berada di bus.
Kami pun memilih ikut serta naik ke atas kapal, mengikuti setiap langkah orang yang didepan kami. FYI, ramai sekali orang yang berada di kapal, mungkin faktor mudik kali ya, jadi terasa betapa sesak dan sulitnya mencari tempat lesehan untuk duduk. Berkeliling mencari, akhirnya kami menemukan space kecil sekedar untuk duduk, dan duduklah kami disitu.
Karena cuaca sudah malam, kami tidak sempat explore ke setiap sudut kapal, gelombang ombak dan pemandangan pulau pun tidak kelihatan, hanya ada angin malam yang menusuk badan. Ah, lengkaplah sudah. Mau telentang untuk tidurpun tempatnya tidak memungkinkan, cukuplah kami tidur dengan cara duduk memeluk kaki.
Beberapa menit kemudian, sembari ngemil makanan yang kami beli sebelum ke terminal, aku hampir mabuk laut. Mungkin karena hantaman ombak yang mengenai kapal, aku merasa sedikit pusing dan cukup keliyengan. Not expect that it will happen. Tidak bisa juga tidur karena tubuh merasa harus siaga 1, karena kami duduk di bagian ekor kapal (aku gatau namanya apa) jadi ada mobil pribadi kecil yang juga parkir disana. Alhasil ada yang bisa duduk bersandarkan mobil.
Sedihnya, mobil tiba-tiba lepas kontrol, dan seakan mau terjun kebawah yang mana ada orang bersandar di depannya. Sepertinya rem tangannya tidak terangkat maksimal, jadi mobil masih bisa bergerak. Sontak semua berteriak dan berusaha menahan mobil sembari pemilik mobil datang dan mengkondisikan mobilnya.
'Ya Allah takut banget', kataku. Yaiyalah takut, siapa juga yang ga deg-degan, apalagi yang bersandar adalah adik-adik. Ikut jantungan jadinya, tapi Allhamdulillah teratasi dengan baik. Keadaan pun kembali seperti semula. Detik-detik mau shubuh, kami sempatkan berwudhu terlebih dahulu agar bisa sholat di bus.
Kapal akhirnya akan menepi, kami berdua malah nunggu sampai kapal selesai menepi, untungnya kami mengikuti orang yang sekiranya kami kenal di bus, ketika turun ke bawah ternyata semua mobil dan bus sudah menyalakan mesin dan bersiap untuk keluar. Kami adalah orang terakhir yang masuk ke dalam bus. 'Gapapa, namanya juga pengalaman', ucapku ikut memaklumi diriku sendiri, haha.
Sampailah kami di pulau Sumatera.
***
Masih ada lagi dramanya, tapi sepertinya tidak akan detail karena bakal kepanjangan kalau ditulis. Cukup masalahnya aja:
👉🏼 AC tempat duduk kami bocor, alhasil bajuku harus basah, karena diawal tidak sadar. Alhasil kami harus duduk berdempetan selama dalam perjalanan guna menghindari air yang menetes.
👉🏼 Tempat pemberhentian bus pertama ketika di Sumatera sangat tidak memadai (seperti tempat warteg dan hanya bus kami yang berhenti). Tentu ketika pemberhentian yang dicari penumpang adalah kamar mandi/toilet, tapi toilet mereka airnya kuning serta tidak mengalir, dan tempatnya tidak bersih. Allahuu mau nangis waktu itu haha, soalnya kebelet BAK. 😂
👉🏼 Jarang berhenti di jam-jam sholat, jadi harus pandai-pandai menjaga wudhu dan memaksimalkan waktu ketika bus berhenti.
👉🏼 Pemberhentian selanjutnya yaitu RM Padang (sepertinya), lumayan bersih tapi air kamar mandinya seret. Disini kami mengusahakan untuk mandi (walau airnya secuil), agar tetap segar dan pikiran jernih kembali, karena sudah 2 hari di perjalanan.
Comments
Post a Comment