(Daily) Pengalaman Pertama Mudik Jalur Darat 2019 || Jakarta - Pekanbaru (Part 1/3)

(2019) Mari flashback tentang pengalaman pertama mudik jalur darat selama 3 hari 2 malam, dari Jawa ke Sumatera. Perjalanan ini ditemani oleh Lala (adik kandungku), yang Alhamdulillahnya tidak banyak mengeluh atau mengomentari banyak hal selama perjalanan, ini salah satu pengontrol positif mindset selama di jalan, hahaha. 

Teman perjalanan yang dapat memaklumi keadaan serta senantiasa berpikiran positif (alias tidak banyak komentar dan mengeluh) itu sangat penting gaes!!

Sebelumnya, cerita ini akan dibagi menjadi dua part, karena sayang rasanya kalau tidak mencurahkan segalanya di artikel ini. Blog ini ibarat kotak kenangan, jadi semuanya harus ditumpahkan sampai pikiran terasa ringan, lapang dan enteng.

So, lanjut membaca!

Pesan Tiket

Mengingat ini adalah mudik jalur darat yang pertama bagi kami, tentu isi kepala yang membayangkan dapat menaiki bus eksekutif, duduk selonjoran dengan jarak yang luas antar bangku, sandaran kaki, port USB untuk charging, dsb. Singkat cerita, setelah banyak mengumpulkan referensi, maka pilihan kami jatuh pada bus 'Sempati Star'. 

Youtube: Kemewahan Bus Sempati Star Panoramic
https://www.youtube.com/watch?v=SWWAjxZXZ_4)

Mulailah kami berburu tiket bus ini, karena sudah mulai memasuki H-7 lebaran dan khawatir tiketnya akan ludes. Bus Sempati Star pada tahun 2019 masih tergolong pendatang baru di dunia per-AKAP-an, alhasil terminal dan agennya juga terbatas. Kami sudah mencari tiket bus ini di semua platform tiket online, seperti: redbus, traveloka, pegipegi, dsb. tapi ternyata tidak tersedia. 

Agen bus Sempati Star yang terdekat pada waktu itu adalah Terminal Kampung Rambutan, dan kuotanya masih tersedia. Tentu senangnya bukan kepalang, karena drama menuju terminal kp. rambutan ini juga menguras emosi dan tenaga (huuft, sabaaar). Setelah perjalanan panjang dari tempat nginap sampai kp. rambutan, akhirnya kami mendapatkan tiket di harga Rp 600.000-an (kalau tidak salah), harga yang cukup mahal dibanding bus lainnya, tapi kami percaya bahwa ada harga ada kualitas.

Setelah tiket berada di tangan, akhirnya kami dapat tidur dengan tenang. 😌

Check-In / Kedatangan di Terminal

Hari keberangkatan pun datang, jadwal kami ada di jam siang (aku lupa jam pastinya). Tentu kami harus segera bergegas ke terminal rambutan. Dulu penasaran banget apa itu terminal rambutan, soalnya sering masuk TV dan brandingnya lebih ke kriminalitas, premanisme, dsb. wkwkwk. Eh, ternyata ga juga, walaupun pas malam memang auranya serem sih.

Sesampainya di tepi jalan (arah mau masuk terminal, karena memang loketnya sekitaran sini waktu itu), kami langsung menanyakan terkait kedatangan bus dan berapa nopolnya. Asal kalian tau aja, ada banyaaaak banget orang yang juga nunggu ditepi jalan itu, dan kami tidak tau apakah mereka menunggu bus yang sama atau tidak.

'Ya kak, nanti dipanggil sesuai nama di tiket. Nanti denger aja kak', ucap orang loket.

'Oke kak', jawabku paham. Aku pun bergegas keluar, setidaknya dapat jawaban itu bikin plong lah ya. 

Btw, tempat tunggu khusus penumpangnya tidaklah proper, ditepi jalan tempat pejalan trotoar dibawah jembatan penyeberangan. Barang bawaan pun tergeletak begitu saja, harus berhati-hati menjaganya, jika tidak maka bisa saja hilang tanpa jejak. 

Kedatangan Bus

Setelah hampir 1-2 jam menunggu, beberapa bus mulai berdatangan. Mulai dari bus butut sampai bus VIP, dari bus dengan knalpot yang muntah asap sampai bus yang knalpotnya hening tanda adanya perawatan. Para kenek (asisten supir bus) mulai membacakan nama penumpang mereka sembari menekankan tujuan akhir tempat mereka berhenti. 

Aku mulai berkonsentrasi, memasang telinga sendiri (yaiyalah telinga sendiri, masa telinga orang lain), memastikan tidak kelewat sama sekali. Bisa berabe urusannya jika aku ketinggalan bus, membeli tiket baru saja bisa seharga tiket pesawat, ya wajar karena sudah mulai memasuki malam takbiran. 

Satu persatu bus mulai meninggalkan terminal, setiap satu yang pergi maka akan ada yang datang. Tapi kenapa bus ku tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Setiap bus eksekutif yang datang, aku selalu mulai pasang telinga, bisa jadi itu bus yang ku pesan. 

Eh, ternyata bukan!

Sudah mulai sore pukul 5-an, untung saja kami sudah men-jamak sholat, kalau tidak kami bakal kelabakan mencari tempat sholat dengan menenteng barang yang banyak lalu dihadang oleh tumpahan manusia dengan wajah-wajah kelelahannya.

"Ya Allah, kenapa pengalaman pertama ini memberi kesan awal yang menyedihkan", batinku kecewa serta ingin sekali mengadu. Tak boleh, aku harus menyembunyikannya, tetap tersenyum agar adikku tidak terbawa perasaan negatifku, hahaaha. Itulah salah satu kelebihan seorang kakak.

back to cerita~

Setelah banyak bus yang mem-php-kan kami, kami pun mulai merendahkan ekspektasi. Sudah mulai lelah menunggu, dan khawatir akan sampai tengah malam di terminal, kami pun berdoa agar Allah segerakan bus kami.

... telolet ... telolet ... telolet 🔊🔊

Sayup sayup bunyi klakson bus datang silih berganti, kali ini ternyata nama kami dipanggil.

    👮🏼‍♀️ : Pekanbaruuuuuu Medaaaaaan, Tujuan akhir Pekanbaru - Medan!!!

Yap, kali ini Alhamdulillah nama kami diabsen. Senang bukan kepalang, langsunglah kami bergegas ke sumber suara, menenteng semua barang dan mengangkat tangan tanda kamilah si pemilik nama tersebut.

Jleb!!! Bukan ini bus yang kami pesan :'(

Senang sudah dapat giliran, tapi sedih karena tidak sesuai dengan perjanjian. Tidak bisa lagi berkata-kata, badan sudah letih, perut pun sudah mulai keroncongan. Kami hanya bisa mematung, mengoper barang untuk dimasukan ke bagasi, dan berjalan memasuki dalam bus. Sudah tidak ada lagi tenaga untuk komplain dan minta konfirmasi dari pihak agen, yang terpikir hanyalah "Cepatlah sampai".


Berlanjut ke part 2...

Comments