Laki-laki, betah bercerita dengan durasi lama secara sukarela melebihi diriku yang pasif ini. Ia ingat secara detail kronologi kejadian dan mampu menceritakan ulang dengan sentuhan emosi dan tawa yang tetap natural ia bawakan.
Aku bertemu orang baru, Alfian Andrian Ekayana kalau ga salah namanya. Beliau adalah seniorku di IIUM. Aku akan bercerita sedikit mengenainya. Ku tuliskan disini agar kebaikannya selalu dapat kuingat.
**
Tepat sehari sebelum keberangkatan, aku dikenalkan oleh dua orang senior yang satu Mahallah denganku di Safiyyah, yaitu Kak Yelvi dan Kak Wilda dengan teman sekelasnya, yaitu Bang Alfian.
Awal nya aku sudah yakin bahwa tidak akan ada orang yang bisa barengan untuk pulang ke Indonesia, dan it's not a big deal for me juga, karena aku sudah terbiasa melakukan perjalanan sendirian. Malam itu setelah abis Isya, ada pesan masuk dari Kak Yelvi.
"Za, ada nih kawanku yang balik besok. Kamu flight jam 12.30 kan?"
"Whaaaaat? Iya aku 12.30 Waaaaw, MasyaAllah, beneran nih?" jawab ku sembari bertanya.
Antusias? Tentu saja, apalagi kepulangan sekarang tidak semulus kepulangan sebelum adanya corona, dan aku juga banyak membaca mengenai pengalaman karantina dari orang-orang yang sering kali mendapat banyak kritikan karena sistemnya yang masih belum efektif dan efisien.
Diawal kukira barengan ku adalah perempuan, sudah bersorak bahagia hati kecilku saat itu. "Tapi dia cowok za", ciut sudah semangatku ketika mendapat balasan itu. "Khoir InsyaAllah" ucapku.
**
Singkat cerita, akhirnya aku berangkat dengannya.
"Aktif" Itu kata pertama yang terbersit di otakku untuk menggambarkannya. Dia tak henti memulai percakapan untuk mendorongku tetap berkomunikasi. Diamnya pun mungkin sembari berpikir, "tanya apa lagi ya" atau "bahas topik apa lagi ya" hahaha. Menarik orangnya.
Dia juga tidak segan-segan menceritakan pengalaman hidupnya, kisah heroik orang lain, serta mengenalkanku dengan kenalan yang ada di ceritanya. Heii, kenapa dia bisa begitu percaya menceritakannya kepadaku? Sepertinya dia punya brankas memori sendiri untuk ceritanya. Dia bahkan ingat betul tanggal serta tahun untuk setiap cerita yang dibawakannya.
Aku justru berkebalikan dengannya. Aku tidak terlalu nyaman untuk bercerita dengan orang, terlebih orang baru. Aku juga bukan orang yang akan memulai berkomunikasi duluan. Dan aku juga bukan orang yang mudah tertawa, hanya karena meme tulisan belaka. Hahahaha
Oleh sebab itu, aku speechless ketika berkenalan dengannya. Tapi untungnya, aku adalah pendengar yang baik. Begitulah aku menyimpulkannya 😎
**
Credit photo: Photo by Ashim D’Silva on Unsplash
Comments
Post a Comment