Aku akan bercerita mengenai kawanku. Jurnal ini ku tuliskan agar dapat mengenang perasaannya kala itu.
---
Dia adalah seorang perempuan, anak pertama yang dituntut kuat dan dapat diandalkan oleh kedua adik laki-lakinya. Wajahnya memiliki pembawaan yang jutek, tapi jauh dalam lubuk hatinya (re: selama kami berkawan) ia adalah orang yang begitu sensitif, sangat memperhatikan penampilan dan berprinsip keras ala anak sulung.
Sekitar tahun 2017 atau 2018 (aku lupa pastinya), baru pertama kali aku melihatnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Ditengah peliknya permasalahan antar keluarga, disaat itu pula penguat dirinya (re: ayah) berpulang ke Rahmatullah. Dia pun hilang arah.
---
Tak ada tanda tanda
Tak ada pesan terakhir
Seakan disambar petir di tengah siang
Semua pun tergugu tak bisa berkata kata
Hanya derai air mata yang mewakilkan
Betapa pilu yang ia rasakan
---
Ayahnya adalah sosok yang sangat ia idolakan, tak pernah ia absen sedikitpun bercerita mengenai ayahnya. Setiap selesai video call bareng dengan keluarga, keesokannya ia akan menemuiku dengan senyum sumringah di wajah sambil merangkai ulang cerita mengenai keluarganya malam itu.
Aku bisa merasakan bagaimana supportif dan baiknya keluarga ini, paket berukuran besar berisikan buah panenan dari kebun keluarganya seringkali dikirimkan ke tempat anaknya menuntut ilmu. Bukan hanya itu saja, ia pun kadang tak sungkan untuk berbagi dengan kami semua. How sweet it is!
Masih teringat jelas diwajahku, potret ayahnya kala itu. Allahu yarhamuh
---
Menjadi pendengar yang baik membuat ku lebih berempati dengan banyak orang. What do you think?
Source: Photo by lauren lulu taylor on Unsplash
Comments
Post a Comment