Bagi yang mampir kesini agar tidak merasa dibohongi, maka dari awal saya jelaskan bahwa saya hanya kuliah di Negeri Sebelah, jangan pula asumsinya saya kuliah di Negara Adidaya atau Eropa sana~ hehe
Sejak pertama kali menerima offer letter dan secara otomatis sah sebagai mahasiswa di salah satu kampus negeri di Malaysia, sejak itulah angan-angan saya kemana-mana. 'Wah, nanti jalan-jalan kesini", "nanti ketemu teman lintas negara", "bisalah ya meninggalkan kesan baik nanti di negara orang", dan sebagainya.
Saya bukan orang yang long-holiday nya ke Luar Negeri, bukan pula tipe orang yang suka conference lintas negara. Beruntungnya, saya hanya anak kota yang punya mimpi untuk dapat disekolahkan ke Luar Negeri melalui beasiswa.
Tepat seminggu sebelum keberangkatan, abak (ayah) meminta maaf karena beliau tidak bisa menemani saya dalam proses registrasi perkuliahan, padahal jauh sebelumnya beliau janji untuk mengantarkan saya sekaligus bertemu dengan kerabat beliau disana.
"Dik, lai dak baa adik pai surang bisuak tu dik? abak ado dinas dik." ujar abak saya.
Sebagai anak yang biasa menjadi solo traveller, itu bukan hal yang berat, yang saya khawatirkan hanyalah takut dibohongi dan berujung terlantar di negeri orang saja, alih alih malah menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) haha.
Over Baggage
H-1 keberangkatan, saya sudah me-list semua bawaan yang setelah di packing ternyata tidak cukup di koper 28 inchi saya. Karena perjalanan sendiri, abak saya tentu melarang membawa banyak barang agar tidak kerepotan, tapi saya tetap keukeuh dengan alasan bahwa barang yang saya bawa itu penting semua, haha
Akhirnya saya paksakan semua barang masuk, sampai koper tersebut sudah terlihat tidak seimbang alias oleng. Dan sesuai dugaan, ketika melakukan check-in pesawat, bagasi saya over dari 25 kg yang ditentukan, tentu saja saya diharuskan membayar denda.
Waduh, saya kalang kabut dan tidak mungkin balik badan untuk melampiaskan kesalahan kepada abak saya. Alhasil, saya harus menanggung konsekuensinya dengan cara merogoh kocek sendiri. Sejak saat itu ternyata penting sekali punya 'timbangan koper digital' untuk lebih well-prepared.
Miss-Communication dengan Transporter
H-1 saya dibekali nomer transporter (tukang jemput sejenis Grab) oleh senior yang saya kenal lewat grup mahasiswa Indonesia yang juga kuliah ditempat yang sama, si kakak bilang bahwa transporter itu sudah langganan anak kampus. Saya tanyalah kesediaan beliau ketika hari H dan ternyata beliau menyanggupi dan saya berikan waktu estimasi kedatangan.
Di hari H, ternyata Air Asia delay dan saya pun lupa mengabari bapak transporter tersebut, alhasil tetiba saya di Bandara KL, saya harus terlunta-lunta. Ingat, penting sekali ketika sampai di negeri orang untuk membeli 'kartu provider' agar memudahkan komunikasi atau sekedar untuk membeli kuota.
Saya follow-up lagi si Bapak, dan ketika ditelpon sungguh saya tidak paham bahasa beliau, beliau orang Cina dan bahasa Inggrisnya sangat tidak bisa saya pahami apalagi untuk sekedar dikira-kira. Kalang kabut dan saya meminta izin untuk di cancel. Saya hubungi lagi senior yang kenal dadakan untuk memberi arahan agar sampai di kampus, dan si kakak pun menyarankan Grab.
Sesungguhnya perjalanan dari bandara ke kampus adalah 2 jam, bagi saya yang masih berjiwa ekonomis, sangat sayang untuk mengeluarkan biaya segitu, tapi ya sudahlah, saya ambil Grab agar sampai dengan tidak ada lagi drama, apalagi dengan koper yang besar layaknya santri mondok dan tentunya saya pasti akan tergopoh-gopoh.
Akhirnya, setelah 30 menit menunggu, Grab pun datang dan saya cukup menikmati perjalanan 2 jam sambil berbincang sama dengan Bapak Grab. Merenggangkan urat urat yang tegang dan sesekali melihat sekeliling untuk menyadarkan diri bahwa saya akan menghabiskan waktu 1-2 tahun kedepan di negeri orang ini.
Luruskan lagi niat, dan selalu meminta dimudahkan segala urusan. Satu lagi, jangan lupa minta agar dipertemukan dengan orang-orang baik di setiap perjalanan. 💕
Comments
Post a Comment